Jumat, 05 Mei 2017

36. PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG LUAS BANGUN MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DAN KUIS PADA SISWA KELAS VI SDN .................TAHUN PELAJARAN .............................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Era globalisasi yang penuh dengan kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal atau nasional saja. (Mohamad Nur, 2003)

            Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UURI No. 20 Th. 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk


membentuk generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
            Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi teknologi.
Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
            Hal tersebut  dapat dilihat dari hasil ulangan harian matematika yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8 dan hanya 50% siswa mencapai nilai 60 atau >60 . Padahal idealnya minimal  harus mencapai 100% siswa mendapat 60 atau >60. Sedangkan operasi hitung merupakan dasar bagi kompetensi dasar berikutnya seperti menghitung luas bangun, volum bangun, dan sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa kelihatannya jenuh mengikuti pelajaran matematika. Pembelajaran sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika. Sering jika
diberi tugas tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.              


            Menyikapi kondisi tersebut penulis sebagai guru kelas VI yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir sekolah dan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan pembelajaran STAD dan bermain kuis.
            Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky memiliki keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. (Depag RI, 2004). STAD juga memiliki keunggulan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa terhadap matematika akan terjadi interaksi yang positif dalam menyelesaikan masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika sebelumnya tidak ada interaksi antar individu, maka dalam STAD siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sampai semua anggota kelompok dapat menyelesaikan masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya belum selesai.
            Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar matematika yang dianggap membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa meningkat dan hasil belajar juga meningkat.
B. Perumusan Masalah
            Untuk memberi batasan permasalahan agar lebih jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
     1. Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?
     2. Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?

C. Hipotesis Tindakan
           Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan model kooperatif STAD, maka semangat belajar siswa akan meningkat.

2. Jika siswa belajar  tentang luas bangun dengan bermain kuis, maka semangat belajar siswa akan meningkat.

SILAHKAN HUBUNGI KAMI :