BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang penuh dengan
kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran
inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi
teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini
tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu
kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar
lokal atau nasional saja. (Mohamad Nur, 2003)
Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(UURI No. 20 Th. 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika
yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif,
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan
menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika
merupakan bidang ilmu yang strategis untuk
membentuk
generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Matematika sebagai disiplin ilmu
turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak
kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global
yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif,
perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran
matematika dalam revolusi teknologi.
Melihat
betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu
bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar
matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan
pembelajaran dan hasil belajar matematika. Apalagi kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian matematika
yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8
dan hanya 50% siswa mencapai nilai 60 atau >60 . Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 60 atau
>60. Sedangkan operasi hitung merupakan dasar bagi kompetensi dasar
berikutnya seperti menghitung luas bangun, volum bangun, dan sebagainya.
Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa
siswa kelihatannya jenuh mengikuti pelajaran matematika. Pembelajaran
sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara
individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal.
Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika.
Sering jika
diberi tugas
tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya
pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.
Menyikapi kondisi tersebut penulis
sebagai guru kelas VI yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir
sekolah dan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu
berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang
memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan
dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan pembelajaran STAD
dan bermain kuis.
Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision)
adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori
belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky memiliki
keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan
atau kerjasama antar individu. (Depag RI, 2004). STAD juga memiliki keunggulan
bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa
terhadap matematika akan terjadi interaksi yang positif dalam menyelesaikan
masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika sebelumnya tidak ada interaksi
antar individu, maka dalam STAD siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
masalah sampai semua anggota kelompok dapat menyelesaikan masalah. Kelompok
dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya belum selesai.
Bermain kuis adalah permainan yang
mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Untuk itu pembelajaran
dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar matematika yang dianggap
membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya
semangat belajar siswa meningkat dan hasil belajar juga meningkat.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberi batasan permasalahan
agar lebih jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembelajaran
model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi
lebih bersemangat ?
2. Bagaimanakah bermain kuis dapat
mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka
dapat dikemukakan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan model kooperatif STAD,
maka semangat belajar siswa akan meningkat.