BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik
pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia
pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam
kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan
tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, tenaga kependidikan yang
meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana
mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru
yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal
belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran,
memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar
siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs,
1984:11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang
guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang tinggi. Dalam hubungan ini
maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan
untuk melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling
efektif untuk membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan
cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang
sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan pelajaran,
tetapi teaching is primarily and always
the stimulation of learner (Wetherington, 1986:131-136), dan mengajar tidak
hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang
terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran
yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap
dan kesanggupan yang konstruktif.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan bahwa
guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar
tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor yang
sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan
persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.
Jika hanya tujuh puluh lima
persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar
mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses
belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau kembali.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam
perisiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat
peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat
evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek
tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan
prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non
formal, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon
individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia
seutuhnya.
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran
dengan pemberian balikan dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat memahami materi
yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran dengan pemberian
balikan, guru akan memulai membuka
pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru
memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.